PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alam semesta
beserta isinya ini adalah ciptaan Tuhan yang keberadaannya adalah untuk
kesejahteraan manusia. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan kesia-siaan tanpa
ada manfaatnya bagi manusia. Namun, manusialah yang terkadang tidak
memanfaatkan ciptaan Tuhan itu secra arif dan bijaksana. Manusia yang
memanfaatkan dan manusia pulalah yang merusaknya. Hal ini merupakan sifat
alamiah manuisa yang condong lebih mudah bertindak kerusakan. Oleh karena itu,
manusia (umat Muslim) dibekali dengan dua petunjuk yang tak akan pernah oleh
lekang oleh tempat dan waktu yaitu
al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Salah satu ciptaan
Tuhan yang sangat besar manfaatnya adalah hujan. Sebagaimana ciptaan Tuhan yang
lain, adanya hujan juga telah dijelaskan di dalam al-Qur’an maupun hadis.
Proses terjadinya hujan telah dijelaskan di dalam al-Qur’an 14 abad yang lalu
sebelum kemudian secara ilmiah dibuktikan kebenarannya melalui jasa para
ilmuwan. Sementara itu, Nabi di dalam sunnahnya juga menjelaskan kepada umatnya
bahwa hujan itu adalah anugerah dan rahmat dari Tuhan.
Hujan diciptakan oleh Allah sebagai rahmat. Secara
normatif, umat Islampun meyakini bahwa hujan itu adalah ciptaan Allah. Namun,
manusia diberi kekuasaan oleh Allah untuk berpikir mengenai segala ciptaan-Nya,
termasuk bagaimana proses terbentuknya hujan di alam. Dalam hal ini, para
ilmuwan alam yang berjasa menguak proses terbentuknya hujan dan segala proses
alam yang mempengaruhinya. Jika pada awalnya manusia tidak mengetahui sebab
turunnya hujan, maka setelah banyak dilakukan penelitian bisa diketahui
darimana munculnya hujan. Hal ini yang membuat sebagian manusia mempercayai
bahwa hujan itu adalah murni proses alam. Sedangkan di dalam hadis telah
disebutkan bahwa hujan itu adalah karunia dari Allah. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dipaparkan Hadis yang berkaitan dengan hujan sebagai rahmat
Tuhan dilihat dari perspektif sains.
1.
Bagaimana kualitas hadis dari sisi sanadnya?
2.
Bagaimana tinjauan sains mengenai kandungan isi hadis?
PEMBAHASAN
A.
Teks Hadis
HR Bukhari, kitab Jum’at, no hadis 980
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ
صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ
بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّهُ قَالَ
صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنْ
اللَّيْلَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي
وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ
مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا
فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Isma'il
telah menceritakan kepadaku Malik dari Shalih bin Kaisan dari 'Ubaidullah bin
'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwa dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat
Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai shalat
beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: "Tahukah
kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?" Orang-orang menjawab,
"Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau lalu bersabda:
"Allah berfirman: 'Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang menjadi Mukmin
kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Orang yang berkata, 'Hujan turun kepada kita
karena karunia Allah dan rahmat-Nya', maka dia adalah yang beriman kepada-Ku
dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, 'Hujan turun disebabkan
bintang ini dan itu', maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang'."
A.
Makna-Makna Mufrodat dari Teks Hadis
مُطِرْنَا : turunnya hujan kepada kami
بِالْكَوْكَبِ : bintang-bintang (planet)
بِفَضْلِ : karena karunia
B.
Takhrij al-Hadis
Setelah dilakukan takhrij
al-hadis, hadis di atas bersumber dari : [1]
1.
Muslim, kitab Iman, no hadis 104
2.
Bukhari, kitab Jum’at, no hadis 980
3.
Bukhari, kitab Adzan, no hadis 801
4.
Bukhari, kitab Peperangan, no hadis 3832
5.
An-Nasa’i, kitab Istisqa’ (meminta hujan), no hadis
1508
6.
Abu Daud, kitab ath thib (pengobatan), no hadis 3407
7.
Ahmad, kitab Musnad Penduduk Syam, no hadis 16444
8.
Malik, kitab Adzan, no hadis 405
C.
Kualitas Hadis
Hadis utama yang diteliti
adalah hadis riwayat Bukhari no hadis 980. Setelah dilakukan penelitian sanad
hadisnya, maka kesimpulan para kritikus hadis adalah bahwa hadis tersebut dari
sisi sanadnya bersambung. Masing-masing perawi diberi penilaian tsiqah sebagai
kesimpulan dari beberapa kritikus hadis. Sedangkan dari penelitian matan, hadis
tersebut diriwayatkan oleh beberapa Imam ahli hadis dengan redaksi yang mirip.
Tidak ada kontradiksi dari tiap-tiap riwayat dari segi redaksi matan. Hadis tersebut dinilai shaduq.
D.
Tinjauan Sains terhadap Isi Kandungan Hadis
Secara ilmiah, hujan adalah
peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke permukaan bumi. Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud
cair, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es, dan slit.
Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di
atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. Di bumi, hujan adalah
proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk
jatuh dan biasanya tiba di daratan.[2]
Di dalam KBBI, hujan didefinisikan sebagai titik-titik air yang berjatuhan dari
udara karena proses pendinginan.[3]
Definisi hujan tersebut dikemukakan tentunya setelah melalui proses panjang
penelitian oleh para ilmuwan. Namun, secara sederhana hujan itu adalah air yang
turun dari langit. Mungkin pengertian yang semacam ini yang dapahami oleh umat
Nabi terdahulu ketika belum ditemukan proses terjadinya hujan.
Hadis di atas merupakan salah
satu hadis yang menjadi dasar tentang adanya hujan sebagai rahmat Tuhan. Di
dalam hadis tersebut secara tekstual berisi pernyataan bahwa orang yang
menganggap hujan itu berasal dari bintang (planet) maka dia telah kafir,
sedangkan orang yang beriman adalah orang yang mengatakan bahwa hujan merupakan
karunia dan rahmat yang datang dari Allah. Jika berangkat dari normatifitas
teks, tidak dapat diragukan bahwa hadis tersebut shahih. Hal ini karena di masa
Nabi belum ditemukan berbagai teori dan bukti-bukti ilmiah mengani terbentuknya
hujan. Pengetahuan tentang hujan hanya diketahui langsung dari firman Allah.
Sehingga pemahaman Nabi tentang hujan merupakan ilmu yang langsung dari Allah
sebagai bukti kerasulannya.
Seiring dengan perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai fenomena alam sudah mampu
dipelajari dan dikembangkan oleh manusia (ilmuwan). Para ilmuwan sudah
menemukan bagaimana proses terjadinya hujan dan hal-hal apa yang menjadi sebab
turunnya hujan. Sehingga, dengan diketahuinya teori-teori tentang terbentuknya
hujan, manusia dapat lebih memanfaatkannya dengan baik.
Menurut Zaghlul an Najjar
dalam bukunya Pembuktian Sains dalam Sunnah, bahwa proses turunnya hujan dari awan merupakan proses
yang belum dapat dipahami secara ilmiah dengan segala rinciannya.[4]
Menurutnya, manusia hanya mampu membuat hipotesis dan memunculkan teori tentang
proses terbentuknya hujan, namun tetap tidak bisa secara utuh. Hal ini karena
proses terbentuknya hujan berlangsung dengan sejumlah proses yang tidak
terlihat secara langsung.
Proses turunnya hujan dari
awan belum diketahui secara detail. Menurut An Najjar, yang diketahui oleh para
ilmuwan hanyalah bahwa bumi merupakan planet dalam susunan tata surya yang
paling kaya dengan air.[5]
Secara ilmiah, penelitian dan penemuah tentang proses terjadinya hujan memang
berlangsung secara bertahap. Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan
biasanya merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Tujuannya yaitu bisa
jadi untuk menguji validitas teori atau karena terjadi kesenjangan antara teori
dengan realitas yang terjadi.
Proses sirkulasi air
(hidrologi) yang ada dibumi merupakan
proses yang tanpa henti. Secara teratur dan tetap, air yang ada di bumi tidak
bertambah dan berkurang. Ketika memebahas siklus air, maka tidak ada patokan
secara pasti darimana awal mula prosesnya. Berikut ini dijelaskan bagaimana
proses turunnya hujan dari awan yang diambil dari buku Pembuktian Sains
dalam Sunnah.[6] Di
bumi, yang sangat berperan penting dalam proses penguapan air adalah sinar
matahari. Air yang ada di permukaan bumi mulai dari laut, samudera, sungai,
danau, air yang tersimpan di bawah permukaan bumi, pernapasan makhluk hidup,
dan berbagai sumber air lainnya, dengan bantuan cahaya matahari menguap dan
naik ke lapisan atmosfer bumi (toposfer). Toposfer merupakan bagian dari
lapisan atmosfer yang paling rendah yaitu sekitar 15 km dari permukaan tanah.
Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin, musim salju,
kemarau, dsb. Biasanya jika ketinggian bertambah, maka tekanan udaranya
berkurang. Hal inilah yang membantu proses penggumpalan uap air. Air yang
berada di lapisan troposfer berbentuk buliran-buliran air yang menempel dengan
udara dengan daya rekat dan kekuatan tensi permukaannya. Meski berada di awan
dan digerakkan oleh angin, buliran-buliran ini tidak jatuh ke bumi. Turunnya
hujan ke bumi disebabkan karena berpadunya dua awan yang berbeda muatan.
Sehingga turunlah hujan ke bumi.
Proses terjadinya hujan
secara ilmiah
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air
yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya
adalah salju dan es, yaitu bentuk padat. Dapat pula dalam bentuk aerosol yakni
embun kabut. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi dapat berjalan terus menerus. Siklus ini tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi
dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh kemudian diintersepsi
oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi
terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda :
-
Evaporasi/ transpirasi : air yang ada di laut, daratan,
tanamab, dsb menguap ke atmosfer dan menajdi awan. Pada keadaan jenuh uap air
akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya turun dalam bentuk hujan,
salju, es
-
Infiltrasi ke dalam tanah
-
Air permukaan : air bergerak di atas permukaan tanah
dekat dengan aliran utana dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Sungai-sungai bergabung
dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar aliran
sungai menuju laut
Hujan diturunkan di bumi
dalam kadar tertentu. Kuantitas hujan yang sudah ditentukan ini telah ditemukan
melalui penelitian modern.[7]
Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka
ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan
jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Ini berarti air senantiasa
berputar dalam siklus yang seimbang menurut kadar tertentu. Satu penyimpangan
kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang
mampu mengakhiri kehidupan di bumi.
Pemenuhan syarat-syarat
tentang terjadinya hujan membutuhkan perhitungan awal yang tidak mungkin
dilakukan secara asal atau kebetulan. Dari sini tampak bahwa terjadinya hujan
merupakan salah satu rahasia alam yang tidak mungkin dipahami dan diketahui
kecuali setelah mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Namun, kekuasaan Allah
terlihat sangat jelas. Hal itu tampak lebih mencengangkan dalam distribusi
pemerataan hujan di muka bumi dengan kehendak Allah. Kenyataan ini membuktikan
kebenaran hadis tentang hujan yang merupakan karunia dari Allah.[8]
PENUTUP
- Kesimpulan
Hujan adalah anugerah dan
karunia dari Allah sebagaimana yang telah diungkapkan di dalam al-Qur’an dan
Hadis. Karunia tersebut tidak lain diperuntukkan bagi manusia di bumi. Manusia
diperintahkan Allah untuk selalu berpikir dan menghayati ciptaan-Nya.
Sebagaimana proses terbentuknya hujan yang baru diketahui oleh manusia setelah
ditemukan berbagai alat dan teknologi modern. Ketika manusia tidak memiliki
pengetahuan apapun mengenai proses terjadinya hujan, hal ini telah diungkapkan
oleh al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Siklus hujan yang di dalam
kajian ilmiah sering disebut proses hidrologi senantiasa tetap dan tidak
berubah. Air di permukaan bumi yang menguap ternyata jumlahnya sama dengan air
yang diturunkan ke bumi melalui hujan. Peristiwa alam ini membuktikan bahwa
tidak ada seorangpun yang bisa menciptakan hujan selain Allah. Di era
kecanggihan teknologi, manusia bisa menciptakan hujan buatan sebagai hasil dari
proses berpikir tentang alam ini. Proses hujan menajdi inspirasi bagi manusia
untuk bisa berkarya demi kepentingan manusia juga. Berdasarkan hadis dan
penjelasan sains di atas, tidak diragukan lagi bahwa hujan membawa manfaat yang
besar bagi manusia. Hujan adalah karunia dan rahmat dari Allah untuk hamba-Nya.
- Daftar Pustaka
An-Najjar, Zaghlul. 2006. Pembuktian Sains dalam
Hadis. Jakarta : Amzah
Yahya, Harun. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung :
Dzikra
No comments:
Post a Comment